Musyrik Dan Ciri-ciri Orang Musyrik
Roy – Sabtu, 18 Rajab 1435 H / 17 Mei 2014 12:01 WIB
Assalamualaikum,tolong jelaskan definisi musyrik dan ciri-ciri orang musyrik.
Saya sering mendengarkan kata2 tersebut dalam ceramah agama, tapi
sampai sekarang yang saya dengar, saya belum mengetahui definisinya.
terimakasih akan jawabannya
Wa’alaikumusalam warahmatullahi wabarakatuh,
Bung Roy yang semoga senantiasa mendapat rahmat
hidayah dan lindungan dari-Nya, kita tentu sedikit banyak sudah tahu
sebenarnya apa itu musyrik dan bagaimana itu kelakuan orang-orang
musyrik. Sejak kecil kita tentu pernah mengaji dan atau tiap Muhamaram
di sekolah dasar atau sekolah lanjutan, kita tentu pernah mendengar
kisah perjuangan Rasulullah Saw dalam menegakkan kalimat tauhid dan
menghadapi ancaman serta perlawanan keras dari kaum kafir Quraiys. Kaum
Quraiys ini juga sering disebut sebagai Musyrikin Quraiys.
Definisi “Musyrik” sangatlah simpel, yakni
menyekutukan Allah Swt dengan apa pun. Musyrik secara literer merupakan
antitesa dari “Tauhid” yang memiliki arti: Mengesakan Allah Swt. Dan
“Orang-Orang Musyrik” adalah mereka yang menyekutukan Allah Swt. Banyak
sekali ayat Al-Qur’an Nur Kaiem yang menyatakan hal itu. Saya yakin,
Anda pun sesungguhnya telah mengetahuinya.
Namun, berhubung Anda bertanya di dalam rubrik ini, maka saya berhuznudhon
jika yang Anda maksud adalah “Definisi Musyrik di Dalam Dunia
Kontemporer”, di mana seringkali orang menyatakan jika di dunia kita
sekarang ini, antara kebenaran dengan kejahatan, antara al-haq dengan
al-bathil, bahkan antara ketauhidan dengan kemusyrikan, banyak wilayah
abu-abu. Saya tidak sepandapat dengan pandangan seperti itu. Islam
adalah agama yang sederhana, jelas, dan tegas. Sebagai agama yang
dijamin Allah Swt sebagai agama yang paripurna, yang paling sempurna,
dan terjaga hingga akhir zaman maka Islam sangat terang benderang.
Tidak ada wilayah abu-abu sedikit pun dalam Islam. Dan seharusnyalah,
sebagai orang yang bersyahadat, kita juga tidak pernah ragu-ragu dalam
menjalankan agama Allah Swt ini.
Kehidupan dunia adalah medan peperangan antara
Pasukan Allah Swt melawan pasukan Iblis dan Dajjal. Sebuah peperangan
antara para penyeru ketauhidan melawan penyeru kemusyrikan. Dan kian
berkembangnya usia dunia, maka berkembang pula siasat, taktik, dan
strategi kaum pengikut Iblis dan Dajjal untuk menyesatkan umat manusia
dari jalan lurus ketauhidan. Taktik dan srategi mereka, manipulasi
mereka, seakan kian maju dan kian canggih. Padahal sebenarnya, bagi
seorang Muslim yang selalu awas, hal itu bukan halangan yang berarti.
Sejak dahulu hingga sekarang, kitab suci al-Qur’an
pun telah berkali-kali memperingatkan, jika Yahudi merupakan musuh
terbesar umat manusia. Allah Swt telah memberi mereka berbagai label
yang mencirikan sifat-sifat dasar mereka, dari panggilan sebagai Kaum
Kera dan Babi, hingga kaum yang fasik, suka berdusta, gemar
memutar-mutar lidah mempermainkan ayat-ayat Allah, sering memberi
kesaksian palsu, dan sebagainya.
Adalah kenyataan sejarah, jika kemudian orang-orang
Yahudi ini tumbuh menjadi satu bangsa yang sangat kuat dan berpengaruh
di dunia sekarang. Mereka menguasai jaringan media massa dunia,
perbankan, militer, dan sebagainya. Mereka juga menciptakan berbagai
ideologi yang memecah-belah umat manusia dari ketauhidan, antara lain
Nasionalisme, Kapitalisme, Komunisme, dan lain-lain. Demokrasi pun
dibuat oleh mereka.
Ada kesadaran yang salah selama ini tentang
demokrasi. Banyak kalangan menyebut bahwa sistem pemerintahan buatan
manusia ini berasal dari ajaran Plato, seorang filsuf Yunani, yang
tertuang dalam bukunya “La Republica”. Mereka juga menganggap jika
sistem pemerintahan Amerika Serikat sekarang, yang disebut sebagai
Panglima Demokrasi Dunia, mengadopsi demokrasi-nya Plato. Ini salah
besar! Sistem demokrasi sesungguhnya berasal dari Bani Israel, tatkala
mereka, 12 suku, mendiami wilayah Palestina setelah keluar dari Mesir.
Bani Israel telah menjalankan praktek ini berabad-abad sebelum Plato
lahir. Sejarahnya sangat panjang, antara lain bisa kita baca dalam
penelitian Max I. Dimont yang berjudul “Sejarah Yahudi”. Sistem
demokrasi di Indonesia sekaran pun, yang mengadopsi sistem demokrasi
Amerika, juga berasal dari “Sunnah Yahudi”.
Islam tidak mengenal demokrasi. Islam mengenal
Syuro. Ini sangat berbeda secara prinsipil. Dalam Demokrasi, “Suara
seorang pelacur dianggap sama dengan suara seorang Ustadz, masing-masing
hanya dihitung satu suara”. Sedangkan dalam Syuro, hal ini tentu tidak
akan ditemui. Inilah yang dikerjakan bangsa Indonesia sekarang, sehingga
negara ini sampai 64 tahun setelah proklamasi kemerdekaan, bukan malah
membaik malah kian hancur tak keruan.
Demokrasi merupakan salah satu tools kaum
musyrik untuk memalingkan umat manusia dari petunjuk Allah Swt.
Demokrasi inilah yang kemudian berhasil menjadikan orang-orang yang
tadinya shaleh, orang-orang yang tadinya sepenuh hati memperjuangkan
agama Allah Swt, orang-orang yang tadinya begitu berani menyuarakan
al-haq dan menentang al-bathil dihadapan penguasa sekali pun, berubah
menjadi orang-orang yang kelu lidahnya menyuarakan al-haq, menjadi
orang-orang yang malu dengan perjuangan Islam, menjadi orang-orang yang
membela kebathilan dan menyimpan al-haq rapat-rapat di dalam hatinya.
Demokrasi inilah yang telah mengubah orang yang
tadinya kita kenal dengan sangat baik, menjadi orang yang asing dan
‘aneh’. Demokrasi inilah yang bisa mengubah seorang yang sebenarnya
faqih dalam ilmu ilmu agama, namun bisa-bisanya menyepelekan perintah
wajib menutup aurat para perempuan dengan menyebut hal itu hanya sebagai
“persoalan selembar kain” saja. Banyak yang seperti ini sekarang.
Bahkan ada yang tanpa malu menyatakan orang yang memilih tidak ikut
proses sunnah-Yahudi ini sebagai orang-orang yang mubazir dan saudaranya
setan.
Ini mengingatkan saya pada firman-firman Alah Swt, yang antara lain:
“Dan janganlah kamu campuradukan kebenaran dengan
kebathilan dan (janganlah) kamu sembunyikan kebenaran sedangkan kamu
mengetahuinya” Al Baqoroh : 42.
“Dan apabila mereka berjumpa dengan orang yang
beriman mereka berkata ‘kami telah beriman’ tetapi apabila mereka
kembali kepada setan – setan (para pemimpin) mereka, mereka berkata
“sesungguhnya kami bersama kamu, kami hanya berolok – olok” Al Baqoroh :
14
“Dan apabila dikatakan kepada mereka jangan berbuat
kerusakan di muka bumi, mereka menjawab ‘sesungguhnya kami justru orang
– orang yang berbuat kebaikan’. Ingatlah sesungguhnya merekalah yang
berbuat kerusakan tetapi mereka tidak menyadari” Al Baqoroh : 11 -12
“Mereka itulah yang membeli kesesatan dengan
petunjuk, maka perdagangan mereka itu tidak beruntung dan mereka tidak
mendapat petunjuk” Al Baqoroh : 16
Padahal, ancaman Allah Swt terhadap orang-orang fasik sungguh tidak main-main:
“Katakanlah (Muhammad) “Apakah akan aku beritakan
kepadamu tentang orang yang lebih buruk pembalasannya dari orang fasik
di sisi Allah? Yaitu orang- orang yang di laknat dan dimurkai Allah, di
antara mereka (ada) yang dijadikan kera dan babi dan (orang yang)
menyembah thagut. Mereka itu lebih buruk tempatnya dan lebih tersesat
dari jalan yang lurus” Al Maidah : 60
“Dan bacakanlah (Muhammad) kepada mereka, berita
orang yang telah Kami berikan ayat – ayat Kami kepadanya, kemudian dia
melepaskan diri dari ayat – ayat itu, lalu dia diikuti oleh setan, maka
jadilah dia termasuk orang – orang yang tersesat. Dan sekiranya Kami
menghendaki niscaya kami tinggikan derajatnya dengan (ayat – ayat) itu,
tetapi dia cenderung kepada dunia dan mengikuti keinginannya yang
rendah, maka perumpamaan mereka seperti anjing. Jika kamu menghalaunya
dijulurkan lidahnya dan jika kamu membiarkannya ia tetap menjulurkan
lidahnya juga. Demikianlah perumpamaan orang – orang yang mendustakan
ayat – ayat Kami. Maka ceritakanlah kisah – kisah itu agar mereka
berpikir” Al A’raf : 175 – 176.
Seorang Muslim seharusnya hanya tunduk pada Allah
Swt dan Rasul-Nya. Sedangkan terhadap manusia lainnya, apakah dia
menyandang gelar doktor, atau apa pun, selama dia menyeru pada
ketauhidan maka ikutilah, namun jika dia sudah mulai “aneh-aneh”, maka
ingatkanlah. Jika sudah diingatkan ternyata masih “Aneh”, maka
tinggalkanlah. Inilah sebenar-benarnya tauhid.
Dalam zaman seperti sekarang, bertahan pada jalan
ketauhidan memang jauh dari hingar-bingar duniawi. Tauhid adalah jalan
para Nabi Allah yang sunyi dan banyak cobaan. Sebab itu, tidak banyak
yang bisa bertahan meniti jalan ini dan akhirnya tergoda pada kelezatan
duniawi, salah satunya yang bernama “Kekuasaan”. Semoga kita bukan
termasuk orang-orang seperti ini. Amien Ya Rabb al amien. Wallahu’alam bishawab.
0 komentar:
Posting Komentar